ZonaSemu, Seretnya likuiditas mata uang dolar amerika Serikat di pasar keuangan mulai berdampak di sektor industri dalam negeri, terutama industri yang masih banyak tergantung pada impor bahan baku. Gejolak sudah terasa sejak dua pekan terakhir,
"Banyak yang cari dolar untuk pembayaran, tapi dolar susah didapat," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar A. D. Budiyono di Jakarta, Senin, 26 September 2011.
Industri plastik dalam negeri agak tertolong dengan penurunan harga bahan baku khususnya polipropilene di pasar internasional. "Karena produksi minyak di Timur Tengah membaik dan surplus, akhir September ini harga polipropilne turun 20-30 persen," ujarnya.
Penurunan tersebut menyebabkan pengeluaran dolar untuk membeli bahan baku relatif sama jika dibandingkan dengan saat rupiah masih di posisi Rp 8.400 per dolar Amerika.
"Kami masih tertolong dengan penurunan tersebut. Apalagi harga minyak dunia juga mulai turun. Masalahnya sekarang pada pencarian dolar. Dolar susah didapat," ujarnya.
Pada penutupan transaksi pasar uang, Senin sore, rupiah ditutup melemah 184 poin dari hari sebelumnya ke level 9.125 per dolar. Analis keuangan menilai investor asing mencoba menarik dana di pasar regional untuk dialihkan dalam dolar. Efeknya mata uang di kawasan Asia kian melemah.
Akibat rupiah yang cenderung melemah, pengusaha terpaksa melakukan pembelian meski penurunan harga bahan baku diprediksi masih akan berlangsung hingga bulan depan.
"Saat bahan baku mulai turun kami tahan pembelian, menunggu hingga titik terendah, tapi dengan kondisi sekarang kami tidak bisa lagi pakai pertimbangan itu karena mesti harus mempertimbangkan nilai tukar rupiah yang mungkin bisa melemah lagi," ujarnya.
Kelangkaan dolar di pasar juga menyebabkan para pengusaha dalam negeri harus berhati-hati dalam pembelanjaan dolar. "Beli secepatnya dan pergunakan secukupnya," kata Fajar. Begitu pun dengan pembelian dan penggunaan bahan baku impor.tempointeraktif.com
Industri plastik dalam negeri agak tertolong dengan penurunan harga bahan baku khususnya polipropilene di pasar internasional. "Karena produksi minyak di Timur Tengah membaik dan surplus, akhir September ini harga polipropilne turun 20-30 persen," ujarnya.
Penurunan tersebut menyebabkan pengeluaran dolar untuk membeli bahan baku relatif sama jika dibandingkan dengan saat rupiah masih di posisi Rp 8.400 per dolar Amerika.
"Kami masih tertolong dengan penurunan tersebut. Apalagi harga minyak dunia juga mulai turun. Masalahnya sekarang pada pencarian dolar. Dolar susah didapat," ujarnya.
Pada penutupan transaksi pasar uang, Senin sore, rupiah ditutup melemah 184 poin dari hari sebelumnya ke level 9.125 per dolar. Analis keuangan menilai investor asing mencoba menarik dana di pasar regional untuk dialihkan dalam dolar. Efeknya mata uang di kawasan Asia kian melemah.
Akibat rupiah yang cenderung melemah, pengusaha terpaksa melakukan pembelian meski penurunan harga bahan baku diprediksi masih akan berlangsung hingga bulan depan.
"Saat bahan baku mulai turun kami tahan pembelian, menunggu hingga titik terendah, tapi dengan kondisi sekarang kami tidak bisa lagi pakai pertimbangan itu karena mesti harus mempertimbangkan nilai tukar rupiah yang mungkin bisa melemah lagi," ujarnya.
Kelangkaan dolar di pasar juga menyebabkan para pengusaha dalam negeri harus berhati-hati dalam pembelanjaan dolar. "Beli secepatnya dan pergunakan secukupnya," kata Fajar. Begitu pun dengan pembelian dan penggunaan bahan baku impor.tempointeraktif.com
Jangan Lupa Di Like Ya Gan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar