Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Di Indonesia, dikenal ada sembilan wali besar. Namun kali ini, Wali bagi umat Islam di Indonesia sudah berjumlah 10. Wali ke-10 adalah mantan Presiden RI sekaligus tokoh Nahdatul Ulama, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Ini disampaikan oleh guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Profesor Dr. H. Yudian W.Asmin di sarasehan nasional mengenang satu tahun wafatnya Gus Dur di pondok pesantren Tebuireng Jombang pada Minggu (18/12).
"Wajar khan Gus Dur dilantik jadi wali ke-10," tanya Yudian kepada peserta sarasehan yang mayoritas para santri. "Iyaa," kata peserta serentak menjawab.
Yudian mengatakan di Indonesia, dikenal ada sembilan wali besar. "Dan dari catatan sejarah saya, Gus Dur adalah wali besar kesepuluh," ujar dia.
Ia mengatakan Gus Dur adalah wali yang mempunyai tugas menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Sunan-Sunan yang sebelumnya hanya menjaga suatu daerah tertentu sedangkan Gus Dur keluasan wilayahnya sangat besar," kata dia.
Yudian mengatakan, Gus Dur hidup dalam konteks setelah merdeka, dalam masa nasionalisme Indonesia yang tercabik. "Gus Dur juga pernah menjadi korban," ujar dia. Menurut dia, Gus Dur sangat pantas disebut Wali, apalagi jika dibandingkan dengan jasa-jasa Wali sebelumnya.
Menurut dia, Gus Dur sangat faham fiqih (filsafat keislaman). Dan inilah yang sering dilupakan oleh para ulama. "Filsafat keislamaan beliau mampu menyelesaikan masalah pluralisme Indonesia saat itu," ujar Yudian. "Gus Dur pernah berkata hidupnya hanya untuk Indonesia, Islam dan Nahdatul Ulama."
Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, mengatakan dulu pluralisme masih menjadi masalah bangsa. Namun saat ini, berkat peran Gus Dur, pluralisme tidak menjadi masalah bangsa. "Sekarang Islam tidak ditakuti dan bukan kampungan. Dan peran paling besar untuk pluralisme diambil Gus Dur," kata dia.
Menurut Mahfud, yang menjadi masalah bangsa saat ini kata dia adalah ketidakadilan, penegakan hukum, kemiskinan dan korupsi.
Sementara Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Lukman Syaifuddin, mengatakan, Gus Dur adalah sosok yang global meskipun berlatar belakang pondok pesantren yang tradisional. "Gus Dur bebas melakukan apa saja tanpa dihisab di hari kiamat. Karena dia selalu punya landasan yang kuat," katanya, mengenang Gus Dur.
http://www.berita.manadotoday.com/gus-dur-diangkat-jadi-wali-ke-10-di-indonesia/29.html
Jangan Lupa Di Like Ya Gan...
http://fashingnet.com/
gw gak ikut2an dehh,,wali kok akurnya sama orang beda agama doang,,,sama yang seiman bahkan keluarganya sendiri perang dingin..., gak perlulah mengkultuskan manusia, yang semasa hidupnya juga haus kekuasaan..,buktinya ketika gak lolos jadi capres, langsung ngambek dan menyarankan pengikutnya untuk golput.., beginikah tipikal guru bangsa yang didengang-dengungkan itu???
BalasHapus